Description
Buku ini dimaksudkan sebagai tambahan informasi mengenai integritas keilmuan dan sikap politik Syeikh Hasan Krueng Kalee dalam menjaga semangat Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai seorang santri (dalam istilah Aceh disebut aneuk meudagang) dari Dayah Dar al-Muta’allimin Peureulak dan aktivis muda Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI PERTI) pada era 1970-an, penulis hanya sempat bertemu dengan Syeikh Hasan Krueng Kalee sebanyak dua kali:
Pertama, saat penulis bergabung dengan para alumni Dayah Krueng Kalee dan murid-muridnya untuk menemui beliau di Peureulak pada tahun 1969.
Kedua, ketika menghadiri acara pernikahan putri Kolonel TNI-AD Teungku Muhammad Nurdin di Langsa pada tahun 1971.
Ketiga, saat menghadiri Musyawarah Besar Partai Islam Tarbiyah Islamiyah (PI PERTI) di Langsa pada tahun 1972.
Syeikh Muhammad Hasan Krueng Kalee dikenal sebagai sosok yang berwibawa dan kharismatik. Perbuatan dan ucapannya konsisten, dan wasiat-wasiat beliau di Aceh Timur, Aceh Utara, serta sebagian wilayah Aceh lainnya selalu dipatuhi oleh Keluarga Besar Dayah Aceh dalam memenangkan PI PERTI pada Pemilu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, dan 1987.
Namun, karena pengkhianatan politik dari kader internal PERTI dan Federasi Partai Islam besar yang kemudian terlibat dalam politik bisnis dan oligarki, setelah wafatnya Syeikh Muhammad Hasan Krueng Kalee, umat Islam Aceh secara perlahan mundur dari panggung politik yang sebelumnya diwarisi oleh beliau.
